Acara Natal SMA Masehi Kudus

Dalam rangka memperingati hari Natal, Osis SMA Masehi Kudus mengadakan acara Natal bersama keluarga SMA Masehi Kudus dengan mengusung tema The Greatest Gift. Acara natal dibuka dengan menyanyikan puji-pujian dan disambung dengan Firman yang disampaikan oleh Pdm. Yesaya Sudharnoto Wijaya.

Pdm. Yesaya Sudharnoto Wijaya, menyampaikan Firman yang diambil dari Nats: Matius 1: 18-25, bahwa: setiap kali merayakan Natal, kita diajak untuk belajar dari masing-masing tokoh Alkitab yang ada di seputar peristiwa kelahiran Yesus. Seperti misalnya: Maria, para gembala di padang, Orang Majus, Zakaria atau Elisabet. Kali ini kita akan belajar dari teladan Yusuf, suami Maria.

Situasi yang dihadapi oleh Yusuf di dalam teks bacaan ini sangatlah tidak mudah. Betapa tidak? Maria, gadis yang dicintainya dan yang dengannya ia bertunangan, telah mengandung. Pertunangan di jaman itu berbeda dg pertunangan jaman sekarang. Berbeda dg pertunangan jaman sekrg, pertunangan kala itu bersifat mengikat. Tidak heran, meski status Maria-Yusuf bertunangan, oleh penulis Injil Matius, Yusuf sudah bisa dipanggil sebagai ‘suami’ dari Maria.

Kembali pada pokok persoalan yg dihadapi oleh Yusuf. Ia diperhadapkan pada situasi yang sulit. Yusuf bisa saja menuduh Maria telah berbuat zinah dan karenanya, mendatangkan hukuman bagi Maria. Yusuf bisa saja menceraikan Maria di depan umum supaya Maria dipermalukan. Namun Yusuf tdk berlaku demikian. Ayat 19 mencatat bhw alih-alih membuat Maria dipermalukan dan mendapat hukuman, Yusuf (yang disebutkan sebagai seorang yang tulus hati & tidak mau mencemarkan nama istrinya di muka umum), memilih menceraikan Maria diam-diam.

Frase ‘tulus hati’ dalam ayat tersebut lebih tepat bila diartikan sebagai ‘bijaksana’ (Yun.dikaios). Pertanyaannya, dimanakah letak kebijaksanaan Yusuf dlm situasi ini? Pertama, tadi sdh sempat disinggung, menghadapi situasi ini, Yusuf memilih untuk tidak mau mencemarkan nama Maria di muka umum. Orang bijaksana adalah orang yang tidak mudah curiga, berpikiran negatif terhadap orang lain, dan tidak suka balas dendam.

Kedua, ‘kebijaksanaan’ Yusuf juga dapat dilihat di ayat 20. Disitu ditulis, “…ketika ia (Yusuf) mempertimbangkan maksud itu…” seorang yang bijaksana bukanlah seorang yang reaktif, yang mau gampangnya, mau pilih jalan pintas. Orang yang bijaksana adalah seorang yang berpikir dahulu sebelum bertindak, mempertimbangkan segala sesuatunya sebelum ia memutuskan, dan akhirnya, kebijaksanaan Yusuf dapat kita lihat di ayat 25 dimana setelah ia mendapat mimpi dari malaikat Tuhan, ia berbuat seperti yang diperintahkan malaikat itu.

Disini kita bisa melihat bahwa anugerah Tuhan terbesar dalam peristiwa Natal bukan hanya kehadiran Sang Bayi Kudus di dalam palungan, yang juga menjadi hadiah terbesar bagi kita adalah campur tangan penyertaan Tuhan atas umat-Nya. Itulah yang dialami oleh Yusuf yang bijaksana. Ketika dia tidak berpikiran-berencana-bertindak jahat pada Maria; ketika ia tidak menjadi reaktif atas apa yg dialaminya melainkan ia mempertimbangkan dulu maksud-rencananya, disitulah Tuhan melalui malaikatnya, memberikan tuntunan, penyertaan-Nya.

Setelah selesai Firman dilanjutkan dengan beberapa acara perayaan, yaitu prosesi penyalaan lilin oleh perwakilan Ketua Osis SMA Masehi Kudus, Ketua Panitia Natal, Ketua YBPM, Majelis GKMI Kudus, dan Kepala Sekolah SMA Masehi Kudus; penampilan dari siswa-siswi SMA Masehi Kudus, diantaranya adalah Geguritan, Solo Song, Duet, Dance dari ektrakurikuler Crowned Dance, dan terakhir adalah treatikal puisi yang sangat lucu.

Acara Natal ini menjadi tambah berkesan dengan adanya perayaan ulang tahun SMA Masehi Kudus yang ke-52 tahun pada tanggal 8 Januari 2020, dan diakhiri dengan foto bersama siswa-siswi dengan wali kelas masing-masing.

Pesan natal yang ingin disampaikan oleh Pdm. Yesaya Sudharnoto Wijaya:

Maukah kita juga senantiasa mengalami anugerah penyertaan Tuhan dalam hidup kita?

Remember this:

*G*od

*I*ntervenes eventhough i am

*F*allible and

*T*imid

 

-YSW-

-KEG-